Jumat, 17 Oktober 2008

GERAKAN SAPU GUNUNG CIREMAI ( GSG CIREMAI ) TAHUN 2008

UNDANGAN

GERAKAN SAPU GUNUNG ( GSG ) CIREMAI

TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN

Pada saat ini keberadaan Taman Nasional Gunung Ciremai terutama sepanjang Jalur Pendakian sangat memperihatinkan dikarenakan :

A. Sampah sintetis (polyester) yang sangat sukar di uraikan/didegradasi oleh alam. Sampah sintetis ini terjadi akibat banyaknya pendaki yang melakukan pendakian tanpa aturan dan prosedur pendakian yang benar serta mengabaikan Kaidah Konservasi. Disamping itu juga karena kurangnya pemahaman kepada para pendaki dan tidak adanya sarana untuk pengumpulan sampah.

B. Rusaknya pepohonan & bebatuan serta papan himbauan dan petunjuk yang ada disepanjang jalur pendakian baik karena coretan cat maupun torehan senjata tajam.

C. Tercemarnya sumber air dijalur Pendakian Palutungan daerah Cigowong pada ketinggian 1.500 Mdpl.

D. Rusaknya jalur pendakian karena erosi, longsor dan banyaknya jalan tembus yang membuka hutan alam.

E. Semakin banyaknya akses jalan yang tidak jelas di sekitar jalur pendakian yang menyebabkan banyak pendaki tersesat.

Apabila hal tersebut terus dibiarkan maka kerusakan yang terjadi akan semakin parah yang akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi alam dan keanekaragaman hayati yang ada dikawasan Taman Nasional Gunung Ciremai baik saat ini ataupun di masa mendatang, dengan sendirinya akan mengancam keselamatan para pendaki.

II. TUJUAN & SASARAN KEGIATAN

A. Tercapainya pemahaman tentang apa dan bagaimana pemanfaaatan dan pelestarian Taman Nasional Gunung Ciremai khususnya dan umumnya sumber kekayaan alam dan lingkungan hidup itu harus digunakan dan dimanfaatkan dengan tidak merusak dan dilaksanakan dengan memperhitungkan dampak-dampak yang akan ditimbulkan.

B. Terwujudnya kepedulian dan kesadaran khususnya para pencinta Alam/Penggiat Alam Terbuka mengenai pentingnya kelestarian Taman Nasional Gunung Ciremai dan pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia sekarang dan masa yang akan datang.

C. Terbinanya hubungan, informasi dan komunikasi yang baik diantara para pihak baik sesama Organisasi Pemuda Pencinta Alam, Penggiat Kegiatan Alam Terbuka dan Kader Konservasi maupun dengan pihak pemerintah, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dan para pihak lainnya.

V. TEMA KEGIATAN

“ SELAMATKAN HUTAN SELAMATKAN MASA DEPAN “

VI. KEGIATAN

a . PEMBERSIHAN SAMPAH SINTETIS

b . PEMBUATAN & PEMASANGAN PAPAN HIMBAUAN & NAMA SHELTER

VI. LOKASI KEGIATAN

Jalur pendakian Palutungan dan Jalur pendakian Linggarjati

VII. WAKTU PELAKSANAAN

Hari : Jum’at - Minggu

Tanggal : 28– 30 Nopember 2008

Pukul : 13.00 WIB s/d selesai

Upacara Pelepasan : Pendapa Paramarta Komplek Stadion Mashud Kuningan

VIII. PESERTA KEGIATAN

Peserta kegiatan GERAKAN SAPU GUNUNG (GSG) CIREMAI TAHUN 2008 adalah perorangan, organisasi pemuda/Pencinta Alam/Pendaki Gunung/Penggiat Alam Terbuka dan Kader Konservasi se-Jawa dan Bali serta masyarakat umum.

PERSYARATAN

a. Peserta dibatasi maximal peserta 500 Orang

b. Mengisi formulir pendaftaran dan biaya administrasi sebesar Rp.25.000,-/ orang. Pembayaran untuk luar kota dapat ditransper ke BANK MANDIRI Cabang Pembantu Kuningan, No. Rekening : 134-00-0516819-9, atas nama HERRI RUHIYAT TAUFIK. Bukti Setoran/transfer harap difoto copy untuk keperluan registrasi, aslinya dikirim melalui Pos. Form. Pendaftaran bisa dikirim lewat e-mail/Pos/langsung ke Sekretariat AKAR untuk peserta yang berdomisili di dalam kota (dekat)

c. Pendaftaran ditutup tanggal 25 Nopember 2008.

d. Tempat pendaftaran Sekretariat AKAR

Jl. A. Yani Belakang Komp. CPM Kuningan 45511

telp. (0232) 876279 – 876378, Fax. (0232) 876378

e-mail ; akar_kuningan@yahoo.com

PASILITAS PESERTA

a. Konsumsi, Kaos kegiatan, Stiker, Piagam Penghargaan, Tiket masuk dan Asuransi

b. Transportasi Pulang Pergi dari tempat upacara / Kota Kuningan ke Pos Pendakian

c. Bagi peserta dari luar Kuningan disediakan Tempat Menginap.

PERLENGKAPAN PESERTA

- Ransel

- Pakaian Lapangan

- Matras

- Perlengkapan tidur ( sleeping bag )

- Perlengkapan makan

- Jas hujan/ rain coat

- Tempat air/ jerigen (minimal 5 liter per orang)

- Senter + batere & lampu cadangan

- Tenda/ plyseet

- Alat masak (Misting set, Kompor gas/ spiritus)

- Lilin

PERBEKALAN PESERTA

- Makanan ( untuk 3 hari )

- Bahan bakar Gas/ Spiritus/ parapin

- Obat-obatan pribadi


FORMULIR PENDAFTARAN

NAMA


JENIS KELAMIN


GOL.DARAH


TEMPAT TGL LAHIR


ALAMAT LENGKAP




TLP / FAX


ORGANISASI/SEKOLAH



ALAMAT




TELP / FAX


FORMULIR PENDAFTARAN INI DAPAT DI PERBANYAK / DI PHOTO COPY

..................................2008

(.......................................)

Jumat, 02 Mei 2008

Dont Cry Ciremai

Dusun Palutungan Desa Cisantana kecamatan Cigugur merupakan sebuah perkampungan yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGC.
Saat langkah kaki menginjak perbatasan kawasan TNGC yang ditandai dengan sekelompok pohon Pinus sisa-sisa hutan produksi Perum Perhutani, disela sela deru knalpot motor yang mengangkut hasil panen tanaman Wortel, sayup terdengar suara lirih: Naha aya keneh nu ngamumule leuweung kuring teh? Suara siapa gerangan? Rasa keingintahuan kami telah mendorong kaki ini untuk melangkah lebih jauh. Oh...apa yang terlihat disana? Pesona alam Ciremai yang selalu kita banggakan kah?
Memasuki kelompok pohon Pinus yang telah mengering, tunggul, batang Pinus yang berserakan, terhampar kebun sayuran (wortel, bawang daun) yang subur, sementara disisi lain para petani sibuk menggarap lahan, dengan tidak lupa meyapa kami dengan ramahnya.... Kami tertegun sejenak , tak sepatah katapun yang keluar dari mulut kami dan kami hanya mampu untuk saling menatap, Dimanakah kami ? Di kebun sayuran kah ?
Avo duduk diatas tunggul pinus, sementara asap rokok terus mengepul di sela-sela bibirnya, Tessa berjalan berkeliling sambil terus bertanya dengan bahasa yang sulit kami mengerti... Berderailah tawa kami mentertawakan kebodohan kami berkomunikasi.
Saya mecoba merangkum pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari bibir kami :
Mengapa sejak ditetapkan kawasan hutan G.Ciremai menjadi Taman Nasional kerusakan hutan semakin meluas ?
Apakah Petugas BTNGC belum tahu kondisi TNGC akhir-akhir ini ?
Apakah setelah ditinggalkan Perhutani, masyarakat sekitar hutan menganggap hutan G. Ciremai tidak bertuan?
Program dan kegiatan apa saja yang telah, sedang dan akan dilaksanakan BTNGC selama ini, selain Gerhan?
Tak terasa kabut tebal telah menyelimuti kami, dinginnya menusuk tulang.... saat itu kami putuskan untuk pulang.
Di persimpangan jalur pendakian, kami bertemu 2 (dua) orang petugas Balai TNGC. Di sebuah warung yang menyediakan makanan ringan bagi pendaki gunung, sambil menghirup kopi panas, kami bersama kedua petugas tersebut menyempatkan untuk berbincang... Avo dan Tessa asyik berdiskusi dengan kedua petugas tersebut disertai pemilik warung (dari pembicaraannya diduga penggarap kebun sayur), Sementara saya lagi-lagi hanya bisa diam, mendengarkan jawaban/alasan yang merupakan copy paste dari hampir semua petugas BTNGC yang pernah kami temui :
Rencana Pengelolaan TNGC belum disyahkan Menteri Kehutanan.
Tata batas kawasan belum dilaksanakan.
SDM dan fasilitas lainnya belum memadai.
Jadi belum bisa berbuat apa-apa !!! Mungkin itu kesimpulan jawabannya.
Kembali saya mengingat masa lalu, ditetapkannya kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional dimaksudkan bahwa dengan sistem pengelolaan Taman Nasional diharapkan mampu untuk melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari. Namun dibalik itu semua telah disadari pula bahwa ditetapkannya suatu kawasan menjadi kawasan konservasi akan menimbulkan polemik berupa konflik kepentingan dalam pengelolaan sumberdaya hutan, yang terjadi antara pemerintah dengan masyarakat desa sekitar hutan, dalam bentuk persaingan antara kepentingan sosial ekonomi masyarakat dengan kepentingan konservasi.
Kenyataannya di dusun Palutungan, konflik seperti ini tidak terjadi, malahan sebaliknya masyarakat semakin memperluas kebun sayurnya !!! Apa kolaborasinya telah berjalan baik atau apakah ada hal lain... ???
Kenapa mesti heran !!! Kabupaten Kuningan dalam sejarah kehutanan selalu terdepan, terbukti: penerapan sistem PHBM yang pertama di Indonesia, kerjasama Pemda dengan Balai TNGC, baru satu-satunya di Indonesia, demikian pula halnya ekstensifikasi tanaman sayuran di kawasan konservasi, mungkin baru satu-satunya yang diperbolehkan di Indonesia.
Matahari telah beranjak ke balik puncak Ciremai, kami bertiga pamit.... Kembali sayup terdengar suara lirih: Naha aya keneh nu ngamumule leuweung kuring teh? Saya sempatkan untuk berpaling ke arah puncak Ciremai dan hanya hati kecil yang bisa bicara : Don’t cry Ciremai, pastikan kami kembali.


KUNINGAN, 9 APRIL 2008